Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Jumat, 17 November 2017

#Kini 56 Tahun Unsyiah

Keinginan dan cita-cita rakyat Aceh untuk memiliki sebuah perguruan tinggi telah menjadi kenyataan. Kota Pelajar Mahasiswa Darussalam secara resmi dibuka Presiden Soekarno pada tanggal 2 September 1959, diiringi pembukaan selubung Tugu Darussalam dan peresmian pembukaan fakultas pertama dari Universitas Syiah Kuala, yaitu Fakultas Ekonomi. Tanggal 2 September ini selanjutnya ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Daerah Aceh, yang diperingati setiap tahun oleh rakyat Aceh, hari yang mengandung makna kebangkitan kembali pendidikan di daerah ini.
Pada pembukaan dan peresmian Kopelma Darussalam, Presiden Soekarno menyatakan bahwa Darussalam sebagai pusat pendidikan daerah Aceh adalah lambang iklim damai dan suasana persatuan, hasil kerjasama antara rakyat dan para pemimpin Aceh, serta sebagai modal pembangunan dan kemajuan daerah Aceh khususnya, dan Indonesia umumnya.
Tugu Darussalam
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) adalah perguruan tinggi negeri tertua di Aceh. Berdiri pada tanggal 2 September 1961 dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Nomor 11 tahun 1961, tanggal 21 Juli 1961. Pendirian Unsyiah dikukuhkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia, nomor 161 tahun 1962, tanggal 24 April 1962 di Kopelma Darussalam, Banda Aceh. Unsyiah berkedudukan di Ibukota Provinsi Aceh dengan kampus utama terletak di Kota Pelajar Mahasiswa (Kopelma) Darussalam, Banda Aceh. Saat ini, Unsyiah memiliki lebih dari 30.000 orang mahasiswa yang menuntut ilmu di 12 Fakultas dan Program Paska Sarjana dan Program Vokasi.
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) mempunyai lambang resmi dalam bentuk Bungong Seuleupok (Bunga Teratai) yang sedang mekar.
Lambang Unsyiah
Visi Unsyiah menjadi universitas yang inovatif, mandiri, dan terkemuka di Asia Tenggara dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Salah satu Misi Unsyiah yaitu meningkatkan kualitas akademik untuk menghasilkan lulusan yang berdaya saing tinggi.
Di Unsyiah ada bermacam-macam beasiswa, baik dari perusahaan maupun lembaga tertentu. Diantaranya ada beasiswa bidik misi dan beasiswa ADik. Beasiswa Bidikmisi merupakan beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa yang berprestasi secara akademik, namun secara ekonomi perlu dibantu. Sedangkan beasiswa ADik (Afirmasi Pendidikan) merupakan bantuan pendidikan dalam rangka memberikan kesempatan belajar pada jenjang yang lebih tinggi dan meningkatkan akses pendidikan kepada lulusan SMA/SMK/MA atau sederajat di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar yang berprestasi baik.  
Jadi jangan heran jika berkunjung ke Unsyiah kita akan melihat mahasiswa yang berasal dari Papua, Thailand, Amerika Serikat dan lain-lain. Mereka adalah mahasiswa afirmasi atau mahasiswa pertukaran antar negara.
Sedikit cerita tentang rektor yang pernah menjabat di Unsyiah. Prof. Dayan Dawood, yang ditembak pada 7 September 2001. Pelaku pembunuhan teridentifikasi dari Kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) wilayah Aceh Besar.
Pada hari Sabtu tanggal 12 Februari 2005 Prof. Dr. Ir. Abdi Abdul Wahab, M.Sc didemo ratusan mahasiswa Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh yang menamakan diri sebagai Penguasa Darurat Kampus  . Mereka  menuntut Rektor Unsyiah Prof.Dr.Abdi A Wahab untuk mundur dari jabatannya.
Pada hari Kamis 11 September 2008 sekitar pukul 02.55 WIB Kantor Pusat Administrasi (KPA) atau Biro Rektor Universitas Syiah Kuala terbakar. Meski tak ada korban jiwa, namun kerugian ditaksir mencapai Rp 15-20 miliar.
Kebakaran Biro Unsyiah
Unsyiah memiliki satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) perustakaan. Pustaka Unsyiah  merupakan Library 2.0  yang memiliki 4 (empat) elemen penting yaitu :
1. Terpusat pada pengguna.
Pengguna berpartisipasi dalam pembuatan konten dan layanan yang terlihat dalam tampilan web perpustakaan, OPAC, dan lain-lain. OPAC merupakan singkatan dari personalized social network interface atau pertemuan jejaring sosial pribadi. Pemakaian dan pembuatan konten web yang dinamis sehingga peran pustakawan dan pengguna tidak selalu jelas. 
2.  Menyediakan sebuah layanan multi media.
Koleksi dan layanan Library 2.0 menyediakan komponen video dan audio. Walaupun hal ini jarang sekali dicetuskan sebagai fungsi Library 2.0 di sini disarankan agar seharusnya begitu. 
3. Kaya secara sosial. 
Tampilan web perpustakaan berisi tampilan pengguna. Ada dua cara yaitu sinkronisasi contohnya IM  dan asinkronisasi contohnya wiki untuk komunikasi pengguna dengan pengguna lain dan dengan pustakawan. 
4. Inovatif secara bersama-sama.
Mungkin hal ini adalah aspek tunggal utama dari Library 2.0 yaitu bertumpu pada asas perpustakaan sebagai layanan masyarakat, namun sadar bahwa ketika masyarakat berubah perpustakaan tidak saja ikut berubah tetapi juga membiarkan pemustaka untuk merubah nya. Perpustakaan siap untuk merubah pelayanannya, mencari cara baru untuk memberi kesempatan masyarakat, bukan saja perorangan, untuk mencari, menemukan, dan menggunakan informasi.     
Library 2.0 akan memindahkan keseluruhan layanan perpustakaan ke sebuah media elektronik. Perpustakaan telah memiliki tampilan web selama beberapa tahun dan dengan Library 2.0 para pemustakanya akan bergabung bersama.   
Library 2.0 bukan tentang pencarian, namun penemuan; bukan tentang akses, tapi berbagi. Library 2.0 mengenali bahwa manusia tidak mencari dan menggunakan informasi sebagai  pribadi namun sebagai komunitas.
Sekarang ini di dalam gedung pustaka Unsyiah bisa kita temukan café, berbagai cinderamata yang dipajang untuk dijual dan tentunya koleksi buku dalam jumlah yang banyak.
Transportasi untuk sampai ke kampus Unsyiah saat ini sudah sangat mudah. Ada transkutaraja yang bersih, nyaman dan murah. Kalau dulu lobur jadi idola mungkin saat ini transkutarajalah idola masyarakat dan mahasiswa. Sopir labi-labi mengalami masa kelabu karena sepinya penumpang. Mereka lebih memilih transkutaraja. Pernah saya melihat didepan biro rektor Unsyiah ada sopir labi-labi yang mepep pep karena penumpangnya lewat begitu saja saat ditawarkan naik labi-labi, si calon penumpang lebih memilih menunggu transkutaraja ditempat pemberhentiannya tepatnya disamping masjid Jamik Darussalam.
Labi-labi
Trankutaraja
Lobur

Di usia yang ke 56 tahun semoga Unsyiah terus berbenah menjadi universitas yang bisa bersaing ditingkat nasional dan internasional. Pengalaman hidup para pejabat di Unsyiah dengan berbagai liku-likunya semoga bisa menjadi pelajaran berharga buat generasi penerus di Unsyiah. Kita juga harus mengingat akan pengorbanan para pelakon di Unsyiah dari masa ke masa yang membuat Unsyiah bisa seperti saat ini.
Gedung AAC Dayan Dawood

Biro Rektor Unsyiah

Pejabat Rektorat Unsyiah

Kepada mereka kita haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kepada Allah SWT kita wajib bersyukur Unsyiah bisa seperti sekarang ini. Maju terus Unsyiahku "Jantong Hate Rakyat Aceh".