Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Sabtu, 14 Mei 2022

#Orang Baik

Berinteraksi dengan berbagai jenis orang, maka kita akan tau mana orang baik dan mana yang tidak. Perkenalanku dengan orang baik ini di mulai sejak aku bekerja sebagai sekretaris dari pimpinan sebuah institusi pendidikan di Banda Aceh. Saat mulai perkenalan, si bapak ini berkata bahwa pekerjaan mengelap meja itu bukan pekerjaan remeh. Aku menjadi sekretarisnya setahun. Setelah setahun aku mengundurkan diri. 

Bagiku bekerja dengannya memberkan rasa nyaman, rasa dihargai sekecil dan seremeh apapun pekerjaan yang ku lakukan. Ucapan tolong dan Terima kasih itu yg kerap ia ucapkan. Aku melihat sosoknya sebagai ayah yg ideal. Suami yg lembut dan pengertian. Pernah di suatu masa, ada anak kecil yg nyelonong masuk ke ruagannya. Bapak ini sama sekali tidak merasa terganggu. Ia malah berkata "sini.. sini. " Si anak pun mendekat dan si bapak mendudukkannya di pangkuan. Kebetulan di depan si bapak ada kertas. Bapak ini mulai menggambar sambil memegang tangan anak kecil itu. Tiba2 ada bibi si anak yg merupakan dosen di institusi tersebut masuk ke ruangan si bapak dengan tergesa-gesa. Ia meminta maaf karena keponakannya masuk ke ruangan si bapak. Si bapak menanggapinya dengan senyuman.

Pernah juga ada mahasiswa yg tiba2 datang rombongan dengan keluarganya. Entah info dari mana. Ayah si mahasiwa mengatakan klo mereka datang untuk menghadiri wisuda. Kami sempat bingung karena tidak ada wisuda pada hari itu sementara keluarga si mahasiwa telah hadir. Si bapak mempersilakan si mahasiswa untuk masuk ke ruanganku. Di kursi tamu, tiba-tiba mahasiswa ini pingsan. Spontan kami pada panik termasuk orang tua si mahasiswa. Tanpa ba bi bu si bapak langsung meminta bantuan orang2 yg ada di sana untuk membawa si mahasiswa ke mobilnya. Si bapak langsung mengantar mahasiwa tersebut ke rumah sakit dengan ia sendiri yg menjadi sopirnya. Aku sempat heran dengan kepedulian si bapak padahal mereka tidak kami kenal sama sekali. Biasa yg namanya bos itu hanya main perintah2 saja, ini tidak. Lain waktu istri dan anak si bos datang ke kantor  mereka tanpa sungkan langsung masuk ke ruangan si bapak. Saya akhirnya membandingan dengan bos lain yg istrinya hendak bertemu suaminya. Si istri berucap dalam bahasa aceh yg artinya. "Bapak ada, kalau ada saya mau lihat dulu apa mukanya mengkerut, klo mengkerut saya gak jadi masuk". Aku yg mendengar agak bingung jg kok bisa gitu ya.. 

Orang baik selanjutnya adalah seorang nenek tua di blangkejeren. Saat itu aku LDR sama suami. Saat suami berkunjung ke Blangkejeren kami menjumpai si nenek. Nenek ini bercerita tentang perjalanan ia dan suaminya pergi haji dengan mata penuh kerinduan pada sangat suami yg telah berpulang terlebih dahulu. Si nenek berkata "gak ada tu suami istri tinggal berjauhan, baiknya istri pindah ikut suami". Si nenek bukan lah saudara kami. Aku mengenal si nenek karena nenek ini ikut belajar membaca alquran bersama kami. 

Orang baik selanjutnya adalah dosen kami. Dosen ini tidak mau menyulitkan mahasiwanya. Beliau masih ada di dalam grup mata kuliah yg diampunya padahal mata kuliah tersebut sudah berlalu. Dosen ini kerap memposting foto mahasiswa yg datang ke rmhnya untuk konsul, sambil menuliskan "yg lain mana?. "

Setelah perkuliahan berakhir si dosen minta bertemu kami semua. Kata si dosen kalian ini satu angkatan harus menjadi keluarga. Kita saudara sekarang. Dosen ini juga berkata "saya sudah melihat kemajuan kaliah jika dibandingkan semester sebelumnya. "

Selanjutnya ada dosen yg selalu well come jika ada mahasiwa yg ingin konsul tesis dengannya. Bapak ini tidak memilah mana mahasiswa yg dia jadi PA nya. Siapa aja boleh konsul. Bapak ini orang yg serius dalam membimbing. Jika ada mahasiswa yg dia bimbing tidak serius beliau mempersilakan untuk ganti pembimbing. Bapak ini membimbing dengan coretan2 di kertas. "Untuk membuat latar belakang masalah maka kita harus membuat piramida terbalik. Kita tulis secara umum dulu baru setelahnya mengerucut ke permasalahannya". Bapak ini juga orang yg tepat waktu. Semua WA akan di balas kecuali si bapak lagi di luar daerah maka ia akan meminta maaf karena baru membalas WA kita. 

Ternyata masih ada orang-orang baik di sekitar kita. Masih ada orang yg mau kita mintai tolong walaupun itu tidak memberi kontribusi apapun untuknya. Beliau hanya berharap pahala atas kebaikannya. 

Zaman sekarang semua di ukur dengan kontribusi seseorang. Jika di rasa seseorang ini tidak memberikan kontribusi maka ia akan di buang dan di abaikan. Sebaliknya orang yg baru di kenal tapi di anggap memberi kontribusi mk ia akan di pakai alias di pekerjakan. Dalam kata lain azas manfaat. Berteman atau bersaudara karena azas manfaat. Miris memang. 

Teruslah menjadi baik walaupun orang lain tidak begitu. Kita baik bukan untuk orang lain tapi untuk kebaikan diri kita sendiri. Sekecil apapun kebaikan yg kita lakukan akan ada balasan-Nya.

Jumat, 13 Mei 2022

#Ngutip Kopi

 Cerpen

Setelah sekian tahun tidak pergi ke kebun mengutip kopi, libur lebaran kali ini kami agendakan membantu bapak mengutip kopi.

Si kembar mereka bilang pendiam,tidaklah selamanya benar. Aku pernah bilang kalau si kembar di bawa ke kebun pastinya mereka akan bersuara ☺️

Benar saja, kemarin kami sekeluarga ke kebun kopi milik bapak alis kakek mereka. Walaupun masih suasana lebaran tidak menyurutkan niat bapak ke kebun untuk mengutip kopi. Mengutip kopi adalah istilah yg di pakai orang Gayo untuk memanen kopi yg sudah masak atau yang warnanya sudah merah maupun warnanya agak kecoklatan Krn sudah terlambat di petik.

Kami berangkat ke kebun dengan menaiki mobil bapak. Berhubung kami semua blm bisa menyetir mobil maka bapaklah yg menyetir untuk kami semua termasuk suamiku.

Pukul 08.30 WIB kami telah sampai di kebun. Kebun bapak ada beberapa tempat. Kebetulan saat ini kami akan panen kopi di kampung Keramat. Kebun ini letaknya tidak terlalu jauh dari rumah bapak. Sekitar 5 menit sudah sampai.

Episode ngutip di mulai. Pas sampai kami mengganti pakaian dengan baju pengotipen (baju untuk memetik kopi). Biasanya baju yang di pakai merupakan baju yg sudah tidak terpakai untuk kegiatan sehari2 tetapi masih layak pakai. Biasanya berupa jaket yg tidak terlalu tebal.bajunya disarankan lengan panjang untuk menghindarkan kulit lengan kita dari tergores cabang2 kopi. Bagi perempuan biasanya di tambah kelubung (kain sarung yang di pakai di kepala dilipat Dgn cara tertentu). Kelubung di pakai untuk melindungi kepala dari terik matahari maupun dinginnya cuaca. Ada yang memakai sarung tangan di tambah sepatu bot. Kalau aku tidak memakai sarung tangan rasanya lebih leluasa gerakan tangan tanpa sarung tangan. Alhasil telapak dan jari tangan bisa pecah2 dan berwarna kecoklatan akibat terkena getah kopi.

Saat memasuki kebun kopi, anak bungsu kami langsung heboh karena ada kecoak. Biasanya pada setiap kebun ada di buat gubuk tempat berteduh Dan makan siang. Nah kecoak muncul di gubuk kebun. Menu makan siang di bawa dari rumah.

"Umi..umi..ada kecoak," ucapnya panik. "Gak pa pa, di kebun memang banyak hewan2 nak," jawabku.

Kebun bapak otomatis ribut dengan suara anak2,suamiku,bapak,neneknya anak2 dan suaraku yg tak kalah keras. Yah biasalah anak kebun suaranya kencang2.

Sebelum mengutip aku bilang ke anak2 kalau kopinya di petik yg merah saja. Tangkai kopi usahakan jgan terbawa saat di petik. Menurut org2 tangkai kopi yg tidak di petik menjadi bakal bunga kopi..entah betul entah gak. Daun kopi juga jangan ikut di petik.

"Umi, buah kopi yg warnanya agak kecoklatan gak usah dipetikkan?."tnya si kembar.

Dipetik juga Krn itu buah kopi yg sudah kelewat masak tapi masih bisa di olah. 

"Umi..Ara ke mesen.." ucap si bungsu.

Bapak yg mendengarnya langsung tertawa. Dari mana tau 'ara ke mesen' tanya bapak. Umi tu sering bilang,jawabnya.

Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan si bungsu ke bapak,sampai2 mereka tertawa bersama. Ramai suara si bungsu, bapak dan neneknya.

Si kembar sibuk berdua. Mereka mencari jeruk dan jambu biji untuk langsung di makan.

Masing-masing dari kami membawa Gembol (tempat menampung Kopi yg kita petik). Bisa dari kain sarung yg diikat di pinggang,timba,karung goni plastik yg di buat menyerupai kantung di tambah tali untuk mengikatnya. Biasanya Gembol diikat di pinggang akan tetapi ada jg modifikasi Gembol menyerupai tas ransel lengkap dengan tali yg dilekatkan di pundak di tambah gabus agar bahu tidah sakit saat beban kopi yg kita isi di gembol banyak.

Mengutip kopi harus teliti agar tak ada kopi yg tertinggal. Daun2 kopi menghalangi pandangan mata. Makanya saat ngutip kopi tangkai kopi harus disibak satu persatu agar tampak buah kopinya.

Aku heboh saat ada kupi luwak. Kopi yg telah di makan luwak dan dikeluarkan di tanah biasanya biji kopinya bertempuk di satu tempat. Terkadang di bawah kopi atau di dekat pohon pisang maupun di atas dahan pohon yg ada di kebun.

"Abi,ada kopi luwak ni". Jangan diambil dulu mau lihat kata suamiku. Jadilah acara ngutip sambil foto2. Ada benalu kopi,ada anggrek yg tumbuh di batang kopi ada juga semacam bunga hias yg daunnya panjang2.

Ada engap (sejenis rumput jarum yg nempel di pakaian saat kita melewati nya).

"Umi..umi..kek mana tau itu kopi di makan luwak atau di makan tupai?" Tnya si kembar. Eh ya juga ya,umipun gak terpikir. Penting ada biji kopi langsung ambil dan simpan. biji kopi yg sudah terpisah dengan kulit kopi biasanya dipisahkan dengan buah kopi yg masih utuh. Hal ini untuk menghindari biji kopi hancur saat digiling bersama buah kopi utuh. Kalau biji kopi di bawah pohon kopi kami menyebutnya 'lelesen. Aku bilang ke anak2 dan suami biasanya kalau makan siang di kebun itu membuat kita berselera untuk makan. Makanan sederhana tetapi terasa lebih nikmat. Itu Krn kita udah capek kata suamiku.

Saat makan siang bersama di gubuk kebun benar saja makan jadi enak. Si kembar sampai nambah nasi bbrp kali. Lauk dan nasi yg neneknya bawa ludes tanpa sisa.

Si bungsu mulai bosan. Umi..sampe kapan kita ngutip kopi?sampai habislah. Kapan habis nya ini? Tnya sikembar.

Umi kebun ini berapa luasnya? Mungkin 1 hektar. Umi gak tau 1 hektar itu brp luasnya. Apa seluas masjid raya? Coba tnya abi,kataku.

1 hektar seluas lapangan bola jawab abinya. Kayaknya kebun kakek yg ini lebih dari 1 hektar ucapku. 

Menjelang Jumat an kakeknya anak2 mengajak anak2 dan abinya shalat Jumat. Kebetulan di Kampung Keramat sudah ada masjid jadi gak harus jumatan di masjid Pondok Baru. Saya dan neneknya anak2 shalat di gubuk kebun. 

Kami mengutip kopi hingga azan ashar. Kopi yg sudah di petik langsung di jual ke keponakan yg pembeli kopi. Kopi langsung di jemput di bebun kopi. Kopi yg sudah dipetik di kumpulkan dalam karung besar isi 8 tem (kaleng). Alhamdulillah hari ini kami berhasil mengutip kopi 10,5 tem. Dari pukul 08.30 sampai ashar di potong makan siang dan shalat Zuhur.

Mengutip kopi Itu lelah karena kita harus berdiri dan fokus melihat buah kopi yg telah masak. Biasanya buah kopi yg terlalu tinggi di petik memakai bangku. Kata bapak kopi yg buahnya tinggi tinggalkan saja gak usah pakai bangku.

Menjelang ashar anak2 sudah mulai main perang2an dengan kayu yg ada di kebun. Mereka berlari2 di sela2 pohon kopi. Riuh terdengar suara si bungsu dan si kembar. Sesekali mereka ribut dan abinya melerai. "Enakkan bang di kebun kopi? capek mi, buah kopinya gak habis2 di petik. Ini sampe mana batasnya? Tnya dmsi kembar. Batas kebun macam2 ada pohon nangka,pokat, lamtoro dll. Batas jelasnya kebun ini tnya ke kakek aja. Kebetulan kami sampai di batas kebun bagian Utara. Bagian Utara kebun bapak di tandai dengan jalan setapak yg memisahkan kebun org dan kebun bapak. "Sini nak..ini batas kebun kakek" ucapku.

"Macem ni aja tandanya mi? Iya, jawabku.

Sebelum pulang bapak mengajak suami ku mengambil jombak (selada air). Selada air untuk sayur makan malam kami. Selada airnya banyak banget. Kata bapak hasil jualan selada air lumayan hingga 1 juta sekali panen. Selada air tumbuh subur di kolam.

Yah begitulah pengalaman anak2,aku dan abinya mengutip kopi. 

Kenangan mengutip kopi bersama kakek nenek akan membekas di ingatan. Semoga buah kopi kakek berkah dan melimpah. Kakek bisa naik haji bersama keluarga besar kita dengan keadaan sehat wal Afiat.

#Sepenggal kisah

 Dingin yg menusuk tulang, suara orang mengaji dari toa masjid dan menasah,suara anak2 remaja yg lewat depan rumah pukul dua dini hari tadi. Usut2 punya usut ternyata anak2 remaja baru pulang dari warung kopi dini hari. Aku sempat kagum sebelum tau klo mereka pulang dari warung kopi. Aku pikir mereka pulang tadarusan untuk bangunkan orang rumah buat persiapan sahur. Ah ternyata bukan, pikiranku hanya angan yg mengkin terlalu indah di dini hari yg menggigil. Kedepannya akan jadi apa generasi Gayo ini jika saat dini hari mereka baru pulang dari warung kopi...

Suara sinere khas Tanoh Gayo membangunkan yg masih terlelap. Ada yg bernasyid hai ibu bapak yg Mantong tenget..di campur dengan bahasa Gayo..sayangnya aku lupa merekam suara mereka. 

Ada dua kali sesi membangunkan masyarakat untuk sahur. Berbeda sekali dengan Aceh besar yg hanya membangunkan sekali sekitar pukul empat pagi dan tanpa bunyi sirene.

Suara sirene di kampungku amat khas dari masa aku kecil dulu suara itu tidak berubah.

Suara sirene dan Azan subuh pertama pertanda sudah harus segera bangun sahur jika tak ingin ketinggalan makan sahur.

Kampung halaman selalu punya nuansa tersendiri. Nuansa yg akan kita rindui saat kita pergi jauh merantau mencari penghidupan dan pengalaman hidup. Nuansa yg biasa saja bagi yg selalu berada di sana. Tetapi akan sangat berbeda jika kita di perantauan. Suara sirene khas kampung halaman kita jika tiba2 terdengar di perantauan maka hatipun rindu suasana itu. Suasana kampung halamanku.

Merantaulah selagi bisa agar kita tau bagaimana sakitnya merindui. Merantaulah agar kita tau bagaimana susah dan senangnya di perantauan. Merantaulah akar pikiran lebih terbuka. Merantaulah sejauh yg engkau bisa agar engkau melihat kebesaran pencipta Mu di manapun engkau berada.

Buat para perantau jangan lupa pulang untuk mengobati jiwa2 yg merinduimu. Pulanglah selagi mereka,org tua kita masih sehat dan masih mengingat kita dengan sepenuh jiwa. Pulangnya selagi mereka masih bisa merasakan nikmatnya makanan yg kita bawa. Pulanglah sebelum menyesal tak berkesudahan.

Pondok baru,kab.bener meriah,akhir Ramadhan 2022

#Bapak

Pulang kampung merupakan momen yg di tunggu2. Pulang kampung ajang berbagi cerita. Pulang kampung bagi yg masih memiliki org tua merupakan salah satu bakti kepada org tua kita. Mereka yg telah membesarkan kita dengan susah payah. Walaupun ada sebagian anak yg kecewa dengan orang tuanya hingga memutuskan hubungan sampai2 hingga wafat org tua anak2nya enggan menziarahi kubur org tua mereka. 

 Bagiku, bagaimana kita memperlakukan org tua kita saat ini  merupakan gambaran anak kita memperlakukan kita di masa tua nanti. Ajaran org tua layaknya siaran ulang radio usang. Apa yg kita tanam itulah yg kita tuai. Kita sekarang sudah menjadi org tua. Klo ditanya kenapa kita menjadi org tua? Krn sudah menikah dan punya anak. Itu jawaban secara umum. Jika diselidiki lg, apa sudah ada bekal ilmu menjadi org tua? Rata2 nol besar. Ilmu menjadi org tua otodidak tanpa arahan. Apa yg org tua kita ajarkan itu yg kita ajarkan ke anak2 kita juga. 

  Terkadang banyak kesalahan dlm mendidik anak2. Ada org tua yg terus belajar menjadi org tua. Tak sedikit yg tetap Keukeh dengan ajaran org tua turun temurun. Ada orang tua yg terus belajar hingga kesalahan pengajaran di masa lalu diperbaiki kembali krn sudah tidak sesuai dengan zamannya. Anak2 zaman dulu terkesan lebih takut atau penurut kepada org tuanya. Anak zaman sekarang lebih prontal dan ekspresif. Mereka mengungkapkan apa yg mereka rasakan. Mungkin org tua sampai terkejut2 dengan luahan rasa dari si anak. Anak zaman dahulu akan merasa bersalah jika kena joreng org tuanya. Anak sekarang mana faham apa itu joreng. 

   Masa2 kecil bersama bapak meninggalkan banyak memori. Ada rasa campur aduk. Senang taatkala bapak mengajak jalan2 naik sepeda motor sambil menyebutkan nama2 desa yg kita lalui. Bapak yg senang nonton bola dan aku ikut nebeng didepan sepeda motor bapak. Naik sepeda motor dan jatuh kena knalpot hingga membekas di kaki.

Pulang kampung kali ini aku ingin mengulang kedekatan dengan bapak. Meskipun masa sudah berubah.  Aku memetik sayur jombak, bapak duduk di sampingku. Akupun mulai membuka cerita. "Pak,kabarnya bapak kena tipu lagi pak?" Iya jawab bapak. "Memangnya bapak udah berapa lama berkawan dengan org yg nipu bapak?" Udah lama aku berkawan sama dia. Setelah lama berkawan apa bapak pernah terlibat uang dengan kawan bapak tu? Belum pernah jawab bapak. "Gak nyangka aku dia kayak gitu" ungkap bapak. Pak, yg namanya org itu akan nampak warna aslinya jika sudah menyangkut uang. Ada org berkawan puluhan tahun tapi jadi musuhan Krn urusan uang. Kalau bapak misalnya ada kawan bapak yg berutang atau ada urusan jual beli,apa ada hitam di atas putih pak? Mana ada gitu jawab bapak. "Yah tapi aku gak percaya dia bisa kayak gitu ke aku" Ungkap bapak. 

"Pak, bapak seringkan kena tipu? Rata2 yg nipu bapak ya kawan2 bapak juga. Tapi memang ya pak ucapan itu bisa jadi doa. Kan bapak yg bilang "dari pada uangku dihabiskan anak2 ku,mending org lain yg habiskan". Jadi bapak harus tarik ucapan bapak itu. Ucapan bapak ke kami menjadi doa untuk kami. Doa kami untuk bapak dikabulkan Allah begitupun doa bapak untuk kami.

Lain waktu saat sedang naik mobil bersama bapak. Akupun membuka wacana tentang org tua yg seolah2 minta bayaran Krn telah mendidik dan menyekolahkan kita. "Pak,bapak tau ada anak2 yg karena org tuanya terus mengungkit betapa besar biaya yg telah ia keluarkan untuk menyekolahkan anaknya hingga membuat anak tidak nyaman. Apa perlu pak,ku rinci berapa biaya yg sudah bapak keluar kan untuk membesarkan ku? Nanti akan kami totalkan dan bayar. Hal seperti ini layaknya bisnis dengan anak. Apa2 harus ada timbal baliknya semua hitung untung rugi".

Bapak selama ini begitu takut miskin padahal aset bapak sudah banyak. Tanggung jawab bapak sekarang hanya buat si bungsu. Rasa2nya uang bapak masih berlebih tapi bapak terus saja bekerja keras. Uang bisa pak di bawa mati jika kita sedekahkan. Harta warisan bisa menjadi masalah bagi pemiliknya. Bukankah harta akan di minta pertanggung jawabannya. Dari mana didapat dan kemana dibelanjakan. Bapak yg capek2 nyari duit sementara kami ribut tentang warisan. Yg ada bapak mendapat masalah dikubur nanti.

Sedekah itu aneh memang pak, rasanya klo dihitung2 uang kita yg bakal cukup tapi cukup. Dulu aku blm terbiasa menyisihkan sedekah tiap bulan. Beberapa tahun ke belakang aku mulai menyisihkan buat sedekah rutin perbulannya. Terserah sedekah kemana. Apa sedekah Jumat ataupun sedekah dadakan saat melihat ibu2 tua dipinggir jalan sedang menyapu jalan. 

Bapak kurang setuju dengan konsep sedekahku. Kata bapak sedekah itu lebih afdol ke org tua. Tapi aku mengatakan Bukankah Sedekah jg ada prioritas nya pak. Misalnya bapak sudah punya banyak uang masak aku lebih milih kasih ke bapak ketimbang ibu2 tua penyapu Di pinggir jalan? "Yah,biarpun aku punya banyak uang tapi uang yang kalian berikan itu beda rasanya"ucap bapak. OOO gitu ya. Apa perlu pak kami transfer tiap bulan agar bapak senang? Tak perlu bapak tau bagaimana jungkir baliknya hidup kami diperantauan. "Gaklah gitu jg jawan bapak".

Ada yg bilang ternyata bukan hanya anak yg Durhaka tapi tidak sedikit jg orang tua yg durhaka. Mereka lepas tanggung Jawab  terhadap anak. Akhirnya anak2 tidak respek kepada org tuanya sendiri.

Semua yg terjadi dlm hidup ini tentunya ada sebab dan akibatnya. 

Di saat kami berpamitan pulang ke Banda aceh aku memeluk bapak lama. Setelah bersalaman dan meminta maaf atas salah dan khilaf yg pernah ku perbuat. Bapak pun sama memelukku agak lama sebelum mobil hiace datang dan membawa kami balik ke Banda Aceh. 

Inilah anakmu pak, yg masih belajar menjadi anak sekaligus org tua buat anak kami. Doakan kami selalu ya pak. 

 Fmipa usk, 11 Mei 2022 menjelang Ashar

#Dosen killer

 Dosen killer

"Ini proposal kamu sampah semua isinya, kenapa ini seperti laporan? Apa kamu utusan dari PT Mahira? Kamu bisa minta bantu siapa aja buat proposal tesisnya,minta tolong dibuatkan sama anak ibu boleh juga" . Ini dosen kenapa ya 🤔

Mungkin baru kena marah istri di rumah terbawa ke kampus dan yg kena semprot mahasiwa. 

"Saya itu gak mau teken asal2an. Kita disini punya standar. Sudah banyak sampah2 tesis di Pustaka", ucap si dosen brrapi-api. Sembari menuju lemari di kantornya. Si dosen ini langsung mengambil 3 tesis. Tiga buah tesis dengan format yg berbeda padahal masih dalam prodi yg sama. Dalam hati aku pingin bilang "apa juga ada standarnya, wong formatnya aja beda -beda".

Aku baru bertemu model dosen macam ini. Merasa paling pandai dan sok tau. Kita hanya di anggap remah rengginang.

Aku hampir putus asa saat janjian ketemu si dosen. Takut, cemas dan juga kesal. Belumpun ketemu udah jantungan. "Nanti bapak tu minta apa lagi yg harus diperbaiki ya. Apa lagi nanti kata2 mutiaranya ya. Kapan lah proposal tesisku ini di teken? "  Ucapmu dalam hati. 

Lima kali konsul membuat aku syok dan kecewa. Aku kira gak akan dia teken proposalnya. 

Dosen semacam ini entah kenapa bisa begitu garang dengan mahasiswa. Beda kalau mahasiswa tersebut punya jabatan atau mungkin sudah lebih berumur dari si dosen, maka si dosen ini akan lebih segan dalam bertutur kata. Apa dia gak mikir klo mahasiswa dia hari ini bisa jadi akan menjadi mitra kerja dia suatu saat nanti atau bisa jadi calon mertuanya di masa depan. 

Di salah satu prodi sebuah fakultas dari Universitas di Aceh. Ada juga kasus dosen killer. Si dosen sudah sepuh. Dosen ini amat sangat pelit memberikan nilai ke mahasiswanya. Nilai paling banter C. Itupun cuma segelintir mahasiswa yg memperolehnya. Mahasiswa yg lain nilainya D, E. Jika di protes si dosen akan marah2. Akhirnya karena banyaknya laporan mahasiswa bermasalah dengan dosen tersebut, maka di buatlah mosi untuk si dosen. Hingga pensiun si dosen tidak bisa mengurus berkas usul menjadi profesor, atas dasar pernah memiliki kasus dengan mahasiswa. Si dosen bahkan pernah menjabat Dekan. 

Mungkin bagi para dosen dan calon dosen sudah bisa berpikir ulang jika ingin menyulitkan mahasiswa. Toh sekarang orang2 bukan lagi hanya mencari gelar dan nilai. Jika merasa tidak nyaman di sebuah universitas, mereka bisa lapor ke Ombudsman atau pindah universitas. Akhirnya yg jelek bukan hanya dosen yg berkasus tapi berimbas ke nilai akreditasi universitasnya. Jadi buat para dosen berpikir ulang lah. Jangan karena nila setitik rusak susu sebelanga. 

#Tertanda mahasiswa yg pernah di zalimi dosen.