Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Jumat, 08 Juni 2018

wanita perlu berbicara

Sejak pulang umrah tahun 2012 entah kenapa kesehatannya mulai menurun terus, entah apa sebabnya. Banyak hal yang disimpan sendiri demi menjaga suami dan anak-anak, sementara perasaan dirinya sendiri diabaikan. Mungkin dialah tuanku Fatimah kata dokter yang mengobatinya. Dalam sebuah sesi konsultasi si dokter berusaha menggali apa permasalahannya. Saat ditanya tentang anak-anaknya wanita itu biasa-biasa saja tetapi saat dokter bertanya tentang suaminya wanita itu mulai bercucuran air mata.

Mungkin impiannya untuk menjadi istri yang sholehah menjadi bumerang buat dirinya sendiri, tatkala semuanya sudah tidak dia ketahui apa itu sedih apa itu bahagia baginya keduanya sama saja. Saat ini seakan dirinya hidup dalam dunianya sendiri. Berputar dalam ingatannya bertahun-tahun yang lalu memori masa lalu yang di bawa ke masa kini.

Wanita butuh berbicara, meluahkan segala isi hati, berbicara bagi seorang wanita merupakan kebutuhan jiwa, saat berbicara dengan pasangan tetapi yang didapat hanya kekesalan bukan kelegaan hati. Mungkin itulah sebabnya mengapa ia memilih diam

Aku tak ingin seperti wanita itu penyakit demi penyakit menimpanya, mulai dari struk ringan, darah tinggi, infeksi paru-paru, bocor jantung, pembengkakan kelenjar getah bening, pikun, guna-guna entah apalagi. Mungkin wanita itu tidak berdamai dengan dirinya sendiri. 

Menurut dokter yang menanganinya saat ini wanita itu hanya butuh hiburan, hiburan dari pasangannya, anak-anaknya, cucu-cucunya. Tetapi bagaimana cara menghiburnya saat cerita bahagia saja bisa membuatnya memejamkan mata dan bercucuran air mata apatah lagi cerita sedih. 

Melihatnya aku jadi berkaca diri, suatu saat kita semua bisa seperti dia. Saat raga usianya lebih tua dari usia sebenarnya, permasalahannya kecil yang disimpan dan bertumpuk. Saat kita ingin menjadi baik tetapi bekal ilmu yang kita punya belumlah cukup. Mungkin kita akan terpuruk kita tidak lagi bisa memandang bahwa segala penyakit itu adalah ladang amal buat menghapus dosa-dosa kita. Tapi jika kita tidak memandang dengan cara demikian mungkin penyakit akan membuat kita makin banyak dosa karena keluh kesah kita. Rasa syukur seakan sirna. 

Ya rabb anugerahkan kepada kami rasa syukur yang tanpa henti apapun kondisi kami. Jadikan kami hamba yang melihat keatas untuk amal sholeh dan kebaikan. Jadikan kami hamba yang melihat ke bawah untuk harta dan kesehatan kami. Semoga bisa menjadi pengingat diri.

Ibu Kedua Kami

Jika kesedihan bisa berbicara mungkin akan tampaklah ragam cabangnya
Sedih dan gembira memanglah silih berganti
Taatkala jiwa dan raga merasa dialah yang paling menderita

Lukanya terlalu dalam
Rersimpan rapi dalam lembaran sanubari
Banyak simpanan lara mebuat jiwa dan raganya kian luluh lantak

Usianya baru memasuki kepala lima
Jangan tanya sedih gembiranya
Baginya semua tak ada bedanya

Lamunannya sering balik ke masa lalu
Raut mukanya tak tentu
Tubuh ringkihnya tak lagi tegak perkasa
Masa perkasanya telah berganti
Ibarat batre yang soak

Kantong memorinya telah penuh
Tak mampu lagi mencerna antara nyata dan alam hayalan
Raganya tak mampu berdamai dengan dirinya sendiri
Ibarat bendungan jebol

Itulah gambarannya
Seorang perempuan yang bukan ibu kandungku
Darinya akupun bercermin
Hidup ini haruslah disyukuri
Ilmu agama adalah pelita hidup
Tatkala pelita kita padam
Dalam terang benderang kita tersesat

Kini semuanya tinggal kenangan
Engkau pergi menjelang bulan ramadhan tahun ini
Semoga Allah mengampuni segala dosamu
Meluaskan kuburmu
Menempatkanmu dalam surga firdaus_nya