Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Kamis, 23 Desember 2010

faktor penyebab bayi lahir prematur

  1. faktor ibu.
  2. faktor sosio ekonomi
  3. faktor lingkungan hidup
  4. faktor pelayanan kesehatan.tidak semua orang tau bahwa wanita hamil perlu sekali memeriksakan kehamilannya secara rutin. belum lagi kalau tempat

bengi

capeknya kerja di sawah, panas, lumpur yang jelas aku gak betah berlama-lama di sawah walaupun orang tuaku petani tapi lumrah bukan kalau aku ingin perubahan dalam kehidupanku.

aku dengar banyak teman-teman yang mengajak ke surabaya untuk melanjutkan studi, akhirnya akupun ikut usul mereka. jadilah setamat smp blangkejeren akupun mengadu nasib ke surabaya. mula-mula aku masuk sekolah asrama yang tentunya aku masih mengandalkan biaya dari bapakku dan abangku di kampung, akupun selesai dan melanjutkan ke iain sunan ampel. terasa betul susahnya hidup sebagai anak kos-kosan yang jauh dari saudara dan orang tua.

biasanya di asrama aku bisa makan 3 kali sehari tapi sejak kos-kos jangan harap makan 3 kali sehari makan sekali sehari saja susahnya minta ampun, pernah saat bulan puasa aku sama sekali gak ada uang alhamdulillah ibu kos mengajakku berbuka bersama, dengan malu-malu akupun mengambil makanan yang agak banyak dan membawanya masuk ke kamar, sampai di kamar aku makan setengahnya dan setengahnya lagi buat sahur.

kehidupanku bertambah sulit saat bapakku wafat dan semua biaya kuliahku di tanggung oleh abangku yang sudah berkeluarga. mulailah kakak iparku menunjukkan rasa tidak sukanya lewat telepon katanya keponakanku juga butuh biaya besar buat sekolahnya. apapun yang mereka katakan kutebalkan telingaku, tekadku cuma satu selesai kuliah dengan segera dan gak menjadi beban abangku lagi.

aku punya teman, ari namanya, anak pengusaha kaya dari malaysia. kehidupannya bagaikan langit dan bumi bila di bandingkan dengan kehidupanku, aku untuk makan aja susah, sedangkan dia masih kuliah punya rumah sendiri plus pembantu, perabotan rumahnya lengkap layaknya sebuah keluarga padahal cuma dia dan pembantunya yang tinggal di rumah itu. aku jadi sering ke rumahnya minjam komputer tuk nulis skripsi jadi jangan heran kalau aku kenal baik dengan pembantunya.

aku juga sering di ajak makan oleh ari, walaupun malu aku terima aja tawarannya wong memang aku gak ada duit, pinjamanku ke teman-teman kos sudah lumayan membuatku semakin pusing, gimana ya cara melunasinya? akhirnya akupun membuat proposal bantuan dana saat itu aku ingin sekali lulus sarjana dan pulang kampung, dengan susah payah akhirnya proposal tersebut selesai juga dan akupun mulai mengajukan proposal bantuan dana pulang kampung ke pihak-pihak yang ku anggap mau memberikan bantuan dana. saat itu aceh baru ditimpa tsunami jadi banyak orang yang bersimpati karena aku berasal dari aceh, alhamdulillah dana dari proposal yang ku buat bisa melunasi hutang-hutangku plus aku bisa pulang kampung dengan gelar sarjana yang ku peroleh menjelang kepulanganku ke kampung halaman yang sudah cukup lama ku tinggalkan.

rasanya deg-degan juga naik pesawat karena baru kali ini aku naik pesawat, banyak teman kos-kosan yang melepas kepulanganku sampai ke bandara, mereka memeluk dan menjabat tanganku dengan erat, aku terharu dan sempat menitikkan air mata perpisahan.

akupun sampai ke balangkejeren, belum banyak perubahan yang terjadi tapi masyarakat blang bertambah ramai, rumah-rumah penduduk juga mulai ramai. di rumah kami ramai saudara yang menyambut kepulanganku dengan gembira.

akupun mulai menata hidup baruku, aku mendaftar sebagai honorer di kantor pengadilan agama blangkejeren, walaupun gajinya kecil tapi lumayanlah buat nambah pengalaman.

tahun-tahun terus berlalu aku masih menjadi pegawai honorer di kantor pengadilan bedanya sekarang aku sudah punya teman sejati dan sedang menantikan kelahiran buah hati pertama kami, namaku bengi asli dari desa rigep negeri seribu bukit.

Rabu, 22 Desember 2010

#lelaki pendek, hitam & lebih jelek dari untanya (resensi buku)


 Hidup terlalu mahal untuk di biarkan seperti air mengalir.  Hidup harus direncanakan, diarahkan dan dipelihara sedemikian rupa agar tujuan hidup benar-benar tercapai. Hidup harus pula direvisi, dibenahi, dirubah jika perlu dan memang harus mengalami perubahan.

Menjadi pintar berbeda dengan menjadi mengerti. Sebab pintar hanyalah alat. Dengannya kita bisa belajar untuk mengerti. Pada saat orang lain juga bisa menggunakan kepintarannya untuk membodohi dan mengakali.
            Alangkah banyak orang pintar. Tetapi alangkah sedikit yang mengerti. Dari dasar sanubari yang tak terbohongi, bertanyalah selalu pada diri sendiri, dengan kadar kepintaran seperti apapun, adakah hari ini kita bertambah mengerti?

            Kesendirian sebenarnya hanya suasana lain dari keunikan dan keistimewaan yang dimiliki seseorang. Maka ketika sejarah banyak mencatat kesendirian orang-orang besar, sesungguhnya kesendirian itu bukan duka maupun kesedihan. Kesendirian orang-orang besar dalam sejarahnya, adalah justru merupakan tahap pemunculan keistimewaan dan keunikannya yang berbeda dibanding orang-orang pada zamannya.
            Bagi orang-orang besar itu, kesendirian bahkan bisa menjadi lebih bermakna dari kebersamaan. Kesendirian bagi mereka justru membawa mereka pada kematangan jiwa hingga mereka berhasil mengurai rantai prestasi demi prestasi besarnya dalam hidup. Itulah makna kesendirian yang terkandung dalam pesan Ibnu Taimiyah saat ia berada dibalik jeruji penjara,”sesungguhnya aku menunggu saat seperti ini, karena didalamnya terdapat kebaikan besar.”

            Betapa sering perjalanan hidup kita terhenti. Bahkan oleh hal-hal yang tidak terlalu serius. Betapa banyak orang  berhenti dari mengejar cita-cita, kehendak mulia, mimpi-mimpi fantastis dalam capaian prestasi, hanya lantaran keteledoran, hanya karena ulah menyimpang yang mulanya hanya iseng-iseng belaka, atau mental “nanti dulu”, atau sikap “sebentar dulu”. Akhirnya lama-kalamaan jiwanya mulai layu, semangatnya mulai redup. Gairah berkaryanya  semakin kering. Akhirnya ia pun terhenti dari segala harapan yang telah menanti diujung kerja kerasnya.

            Menjadi seorang muslim yang tak mengenal kata henti dalam berjalan, berusaha, berkarya, adalah pilihan keimanan untuk tujuan nan jauh di akhirat sana. Sebab di atas arah jalan itu hidup seorang muslim menjadi punya arti.
            Dalam kehidupan salafussalih, keberartian tidak diperoleh dalam waktu yang singkat. Tidak pula dengan usaha yang setengah-setengah. Orang-orang besar di dalam tarikh umat islam yang gemilang, menjadi besar karena mereka tidak pernah lelah menabung untuk investasi keberartiannya, hari demi hari, waktu demi waktu, detik demi detik. Imam bukhari setiap malam bisa terbangun dua puluh kali, untuk menuliskan hadist-hadist yang dihapalnya. Ia tidak pernah berhenti untuk menjadi berarti. Maka kini ia memetik jerih payah itu. Ia menjadi maha guru ahli hadist sepanjang masa.