Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Minggu, 05 Juni 2022

#Nasib Petani gayo






 Sebagai putri tanoh  gayo yg merantau ke banda Aceh puluhan tahun lalu, aku prihatin dan tau betul bagaimana kisah hidup petani di dataran tinggi gayo. Bapakku seorang petani. Aku tau bagaimana susahnya memanjat pohon alpukat yg tinggi menjulang. Buahnya yg dipetik harus dikumpulkan diatas pohon biasanya menngunakan karung plastik. Setelah terkumpul barulah diturunkan perlahan-lahan agar buah alpukat tidak cidera ataupun pecah. 

Aku bisa bayangkan bagaimana seramnya saat memanjat pohon alpukat disertai angin depik. Hanya orang-orang yg pernah mengalami langsung tahu bagaimana rasanya. Pohon alpukat akan terasa licin saat dipanjat jika di musim hujan. 

Pengorbanan petani gayo untuk mengais rizki bukanlah isapan jempol semata. Umumnya hasil panen petani gayo berupa kentang, kol, tomat, kacang buncis, bawang pre, markisah, alpukat, cabe dan lain sebagainya, jika dibeli oleh toke maka uang yg didapat tidaklah sepadan dengan pengorbanan yg telah mereka lakukan. 

Membawa hasil panen ke kota atau toke bukanlah pekerjaan mudah. Jalanan mendaki, menurun, belum beraspal dan juga licin jika musim hujan menambah beban tersendiri bagi petani gayo. 

Rendahnya nilai jual hasil pertanian terkadang membuat petani gayo berputus asa. 

Semasa aku kecil bukanlah pemandangan yg luar biasa saat melihat kol, tomat dibuang dipinggir jalan. Terkadang di buang diparit hingga menghambat saluran air got. 

Kondisi ini tentunya membuatku sedih. Melihat petani gayo ekonomi kelas bawah di tanoh tembune rasanya miris. Sementara para toke hidup sejahtera dari hasil panen petani gayo. 

Berangkat dari keprihatinan terhadap rendahnya harga beli hasil panen oleh para toke, maka kawan-kawan dari tanoh gayo memintaku untuk menawarkan secara langsung hasil panen mereka agar ada harga yg lebih pantas untuk hasil panen mereka. 

Mulailah aku memasarkan alpukat di kalangan fmipa unsyiah. Alhamdulillah mereka antusias membelinya. Walaupun aku harus mengangkat alpukat ke lantai 2 gedung Fmipa rasanya itu blmlah ada apa-apanya jika dibandingkan apa yg telah petani gayo lakukan untuk menghasilkan buah alpukat tersebut. 

Rasa malu tak perlu hadir saat aku melakukan sesuatu yang halal. Mereka yg korupsi aja gak ada malunya.

Menumbuhkan rasa kepedulian bukanlah dr hal yg besar. Ini yg mampu saya lakukan. Semoga petani tanoh tembune selalu di beri rasa syukur dengan tidak lupa shalat di manapun mereka berada. Bukankah Allah Maha melihat proses kita bekerja mencari nafkah buat keluarga. Ada pahala dari setiap tetes keringat yg kita keluarkan untuk menafkahi anak dan istri. Semoga masyarakat gayo lebih beriman, beramal,peduli dan bermanfaat buat semuanya. 

#Kur semangat masyarakat petani gayo

#peduli petani gayo

#gayo tanoh tembune

#tanoh gayo dor wani ate