Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Senin, 02 Oktober 2017

#Banda Aceh kota Madani

Banda Aceh kota Madani
Tahun 1997 saya berangkat ke Banda Aceh untuk melanjutkan sekolah bersama kakak saya yang akan masuk kuliah.
Awalnya tidak ada rencana saya akan melanjutkan sekolah disini. Alhamdulillah dengan segala kemudahan yang Allah berikan akhirnya saya bisa bersekolah di Banda Aceh.
Saya lahir di Pondok Baru Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah. Masa SD dan SMP saya di Pondok Baru.
Awal ke Banda Aceh saya sempat khawatir apakah saya yang anak daerah mampukah bersaing di ibu kota provinsi Aceh ini?
Saat awal saya ke Banda Aceh, Banda Aceh belumlah seperti saat sekarang ini. Dulu hanya ada lobur dan labi-labi sebagai sarana transportasi disini. Lobur adalah sebutan bis besar yang warnanya hijau tua dengan bangku-bangku besinya yang telah di makan usia. Mahasiswa dan pelajar akan berebutan masuk ke Labor untuk mendapatkan tempat duduk. Ongkos lobur lebih murah dari pada ongkos labi-labi. Jadi jangan heran jika saat itu lobur menjadi primadona bagi pelajar dan mahasiswa di Banda Aceh.
Seingat saya jika kita naik lobur kita harus cekatan dan siaga untuk bilang ke kernetnya di mana kita akan turun. Pak kernet akan mengetok dinding lobur dengan uang koin sambil berkata ""minggir..minggir.."sebagai isyarat buat pak sopir untuk minggir dan berhenti karena ada penumpang yang akan turun maupun yang akan naik. Tak jarang pula saya harus meloncat dengan cepat jika ingin turun karena sopir lobur terburu-buru dan biasanya mengerem dengan dadakan.
Mengenai ongkos pak kernet akan mengutip ongkos saat lobur sedang berjalan. Uang kita akan dikembalikan dengan pas. Biasanya kami para penumpang telah menyiapkan ongkos uang recehan 300 rupiah sekali jalan rute pasar Aceh -Darusalam (kalau tidak salah ya??)
Ongkos labi-labi sekali jalan rute Pasar Aceh -Darussalam 500 rupiah (seingat saya begitu). Jauh dekat dihitung sama tarifnya.
Saat itu sepeda motor masihlah barang mahal, hanya satu dua orang yang ke sekolah atau ke kampus naik sepeda motor. yang lain memilih berjalan kaki jika jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah dan kampus.
Tahun 1999 masa adanya komplik di Aceh, kami juga siswa SMA kena imbasnya. Pernah suatu saat saat saya dan teman-teman pulang sekolah naik labi-labi pas tiba di jembatan Simpang Mesra, tiba-tiba sudah rame mahasiswa demontrasi, ada yang bakar ban di badan jalan jembatan, ada yang menyemprotkan gas air mata. Tiba-tiba jalanan jadi heboh dan tak karuan. Untunglah kami tak terjebak ditengah para demonstran. Mata kami pedih seperti di tabur bubuk cabe, air matapun tak bisa ditahan lagi, teman-teman yang punya jerawat di wajahnya tambah heboh karena rasa pedih akibat gas air mata.
Pak sopir labi-labi dekat cekatan berbalik arah. Kamipun melewati jalanan pedesaan arah ke Kajhu dan terus saja berjalan hingga memutar di bundaran Simpang Mesra.
Alhamdulillah sayapun bisa sampai di rumah kontrakan kami di Lingke jam 15.30.
Saat tsunami terjadi di Aceh, kebetulan saya berada di Lamtemen Timur. Sebelumnya ada teman yang mengajak ke tempat kakak sepupunya di Lamtemen Timur. Kamipun menginap di sana.
Tiba-tiba gempa datang saat kami hendak pulang kembali ke kos-kosan kami di Darussalam. Kamipun mengurungkan niat untuk pulang. Gempanya cukup kencang. Kamipun keluar rumah dan berjongkok di tanah sambil berpegangan di rerumputan depan rumah kontrakan kakak sepupu teman saya itu.
Saya melihat seorang nenek yang sudah sangat tua keluar dari rumahnya, matanya tidak dapat lagi melihat. Lemari besar didalam rumahnya ambruk dengan suara yang cukup keras.
Saat itu listrik langsung padam, sinyal hp yang saya pegang juga raib entah kemana. Saya bertanya-tanya dalam hati ada apa ini??
Dari jalan di samping rumah banyak orang ribut dan berlari-lari tidak tentu arah. Kamipun bertanya kepada mereka apa bu??tapi tak seorangpun yang tau apa yang sebenarnya terjadi.
Dari kejauhan bunyi sirine pemadam kebakaran dan bunyi dengungan, entah dengungan apa itu. Kamipun semua panik bahkan ada yang sudah teriak-teriak tak jelas.
Tiba-tiba bunyi dengungan itu semakin mendekat, dekat dan dekat. Kamipun melihat dari belakang rumah muncul air bah hitam, tinggi, menghantam dan membawa serta mobil truk, rumah, pohon-pohon besar dan lain sebagainya. Kamipun dengan panik masuk ke dalam menasah di samping rumah.
Didalam menasah arus air cukup deras, airnya terus naik dan naik lagi. Kamipun berpegangan satu sama lain. Saya berpegangan pada jilbab teman saya, sedang kan teman saya memegang besi pintu pagar menasah. Air semakin meninggi, sayapun sudah tak lagi menginjakkan kaki dilantai menasah, kami semua terombang ambing. Lantai menasah setinggi 2,5 m hampir penuh dengan air, kepala kami sudah menyentuh atap lantai 1 menasah.
Kamipun berinisiatif naik ke lantai 2 menasah tersebut. Air bah itu masih saja bertambah ditambah gempa yang rasanya semakin kencang saja. Kamipun mulai duduk menangis, ada yng berdoa dengan berderaian air mata, ada yang menangis histeris karena balitanya tak bisa dia selamatkan saat naik ke lantai 2 menasah, sayapun membuka dan membaca Alquran yang saya pegang, semua larut dalam duka.
Dari atas menasah saya melihat mayat-mayat mulai mengapung, seorang bapak duduk termenung di atas sebuah atap rumah yang hanya tampak atapnya saja, sekeliling kami air kolam menghitam yang sangat luas selepas mata memandang hanya itu pemandangan dari atas sana.
Sekitar pukul 11.30 air bah yang hitam pekat itu mulai surut. Nampaklah pemadangan yang lebih mengerikan, mayat-mayat balita, orang tua, remaja, hewan-hewan dan lain sebagainya bertebaran di mana-mana. Mayat-mayat tersebut menghitam warnanya laksana kena tumbahan oli mobil.
Kamipun turun dari menasah dan berlari secepat yang kami bisa. Tidak ada lagi jalanan yang tampak semua tertutup pohon besar yang tumbang, mayat-mayat serta sampah-sampah berserakan. Kamipun melewati itu semua. Tujuan kami jalan besar. Alhamdulilah, hanya dengan mengenakan kaos kaki tanpa sandal kamipun sampai dijalan besar yang keadaanya tidak jauh beda.
Tampaklah kerumunan orang yang lalu larang tak tentu arah, mobil reo yang penuh sesak muatannya. Semua wajah berduka dan tak ada senyuman. Kamipun tak tau lagi hendak ke mana dengan pakaian dan seluruh badan yang kotor dan bau serta rasa lapar yang mulai menyerang kami, kami hanya duduk di pinggir jalan Stui Banda Aceh.
Alhamdulillah setelah 3 (tiga) hari mengungsi di lapangan pemancar TVRI Gue Gajah kamipun dijemput rombongan L300 keluarga teman saya dari Bius Kabupaten Aceh Tengah. Kami pulang dengan selamat tapi trauma tsunami masih sangat kentara di ingatan kami.
Saat ini Banda Aceh sudah jauh berubah. Bangunan-bangunan megah mulai menjamur. Tempat wisata mulai bermunculan. Musium Tsunami, Masjid Raya Baiturrahman, Pantai Luek Sedu, Water Bom, UPTD Kapal Apung, Taman Putro Phang, Hermes Mall dan masih banyak lagi.
Tempat-tempat pendidikan juga tersedia disini. Universitas Syiah Kuala sebagai jantung hate Rakyat Aceh, STIK Pante Kulu, Universitas Abulyatama, Universitas UIN Ar-Raniry, Universitas U'budiyah Indonesia, dan seterusnya.
Bagi saya banyak hal yang saya dapatkan selama kurang lebih 20 (dua puluh) tahun saya merantau ke Banda Aceh.
Banda Aceh merupakan tempat hijrah pertama bagi saya pribadi. Dulunya saya hanya berjilbab saat ke sekolah saja saat SLTP. Mulai di Banda Aceh saya mulai belajar berjilbab dalam keseharian saya. Bukan hanya hijrah secara pakaian, saya juga terus menambah ilmu pengetahuan saya dengan les bahasa Inggris di LDC IAIN Ar-Raniry, belajar Tahsin (cara membaca Alquran dengan Tajwid), mengikuti seminar ESQ, pelatihan kepemimpinan, pelatihan menulis, workshop komputer, seminar muslimah dan lain sebagainya.
Saya merasa hidup kita ini singkat saja, maka isilah dengan hal-hal yang membuat kita lebih positif dalam berpikir, lebih bisa bergaul dengan siapapun, lebih mau menerima serta memahami perbedaan, lebih belajar bersyukur dengan apapun kondisi kita saat ini, lebih mau belajar dan belajar lagi hingga akhir hayat kita.
Semoga kita bisa bermetamorfosis laksana kupu-kupu yang semakin hari semakin berproses kearah kebaikan, makanannya baik serta indah warnanya.
Semoga kita bisa menjadi pribadi yang tidak hanya indah fisiknya tetapi indah juga akhlak, pribadi serta pemikirannya.
Semoga....
By. Nismawarni
Kompetisi #skyscannerindonesia
#ahaskyscanner
“tiket pesawat” -> http://skyscanner.co.id



Tidak ada komentar: