Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Senin, 02 Oktober 2017

#Blangkejeren negeri 1000 bukit

Blangkejeren negeri 1000 bukit

Akhir september 2005 saya berangkat ke Blangkejeren dengan ajakan seorang teman. Sebelumnya saya memang sama sekali belum pernah ke sana.

Jarak tempuh dari Takengon ke Blangkejeren sekitar 8 jam perjalanana via L300. Hanya inilah kendaraan yang bisa lewat ke sana selain sepeda motor. Jalanannya yang lumayan sempit, mendaki, licin terkadang juga longsor dan berlumpur menjadi tantangan tersendiri bagi sopir L300.

Bermalam di tengah hutan belantara tanpa makanan, minuman serta tampa penerangan merupakan hal yang lumrah. Saya pernah mengalaminya. Saat kami melintas di tengah hutan tiba-tiba dari atas bukit meluncurlah longsoran tanah yang menolak sebuah mobil kijang yang di parkir di badan jalan langsung ke dalam jurang. Tanahpun menutup semua badan jalan. Saat itu senja mulai turun. Kamipun harus bersabar dan bermalam disana. Kami tidak sendiri ada juga L300 yang lain yang bernasib sama.

Keesokan paginya sekitar jam 9 barulah mobil bantuan datang, kamipun menyeberangi tanah lumpur yang basah, lengket dan dalam. Alhamdulillah akhirnya kami bisa melanjutkan perjalanan dengan bantuan mobil diseberang tanah longsor yang datang dari arah Kota Takengon. Ah perjalanan yang lelah dan menegangkan.

Blangkejeren merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Tenggara. Blangkejeren merupakan ibu kota Kabupaten Gayo Lues. Kabupaten ini dikelilingi perbukitan dengan tumbuhan pinus yang menghijau. Tanaman serei wangipun menjamur disini, dibawah naungan hutan pinus mereka tumbuh subur. Kondisi tanahnya yang merah, berbatu dan kurang subur menyebabkan tanaman lain sulit tumbuh subur disana.

Hawanya yang hangat, air sungai yang masih jernih, alamnya yang masih alami membuat hilanglah rasa penat karena jauhnya perjalanan yang kami tempuh. Sayapun menikmati pemandangan yang belum pernah saya lihat.

Mulai dari Ise-Ise yang merupakan batas Kabupaten Aceh Tengah, kita akan mendaki perbukitan yang terus menerus naik layaknya negeri di atas awan. Kita akan sampai di Pantan Cuaca yg dari atas sana kita dapat melihat pemukiman penduduk yang katanya pemukiman trasmigrasi. Dari Sanalah kita mulai melihat bukit-bukit yang berbaris hijau dan memikat hati ditambah air sungai jernih yang memanjang serta berkelok-kelok. Subhanallah begitu indahnya ciptaan-Nya.

Tantangan terbesar kita adalah lelah dan mabuk darat saat kita hendak ke Blangkejeren. Tapi rasanya semua terbayarkan dengan suguhan alamnya yang mempesona.

Blangkejeren mayoritas penduduknya suku Gayo ada juga suku jawa, padang, cina dan suku aceh tapi mereka tidak terlalu banyak populasinya.

Suku Gayo di Blangkejeren mempunyai dialek bahasa yang berbeda jika kita bandingkan dengan dialek suku Gayo Kabupaten Aceh Tengan dan Kabupaten Bener Meriah. Kata orang-orang di sana bahasa gayo orang Takengon dan Bener Meriah lebih lembut dan lebih halus.

Saya saja yang sama-sama suku Gayo saat pertama kali berbicara dengan mereka saya merasa kesulitan dengan bahasa mereka. Ada beberapa kata yang sama sekali asing bagi saya. Akhirnya sayapun lebih memilih bahasa Indonesia saat berbicara dengan teman-teman disana.

Salah satu ke khasan budaya di sana adalah Saman dan Tari Bines. Tari Saman dimainkan para lelaki sedangkan Tari Bines di mainkan kaum perempuan. Syairnya berbahasa Gayo Blangkejeren.

Para penari Bines memakai baju adat kerawang Gayo yang motifnya berbeda dengan Kerawang Gayo Takengon. Penari Saman juga memakai pakaian adat Gayo Blangkejeren ditambah dengan ikat kepala. Motif Kerawang Gayo Blangkejeren di dominasi warna merah dan kuning. Sedangkan motif kerawang Gayo Takengon lebih beragam warna dan coraknya, dominasinya warna hitam.

Tempat wisata disini juga banyak ada air terjun Rerebe, Berawang Lopah, sungai Leme, Kala Pinang, dll

Selama disini kesulitan kendaraan akan kita alami. Mayorita becak mesin sebagai kendaraan utama dan harganya lumayan mahal disini, belum lagi jika tempat yang kita tuju jauh maka siap-siap dengan kantong yang tebal.

Penataan kota yang agak semerawut, sampah, becek dan sanitasi jalan yang kurang layak menjadi masalah yang lumayan rumit.

Jika saja pemerintah mau berbenah diri serta melakukan penataan kota serta perbaikan dan pembaruan vasilitas untuk para wisatawan, saya yakin potensi wisata disini cukup menggiurkan.

Bagi saya mengunjungi suatu tempat yang belum penah kita kunjungi itu punya makna tersendiri buat saya. Hal ini bisa menjadi pengasah jiwa dan juga bagian dari pencarian jati diri.

Di tempat yang baru kita adalah pribadi yang baru dengan orang-orang baru yang kita temui, budaya, adat istiadat, kebiasaan dan banyak lagi perbedaan serta pembaruan yang kita dapatkan. Merubah diri menjadi orang yang lebih baik, lebih berpikiran positif dan tujuan baik lainnya akan lebih mudah terealisasi.

Berpetualang mengajarkan kita kemandirian, keberanian, peluang, tantangan, ketakutan, harapan serta impian. Hal ini tidak akan kita dapatkan jika kita tidak berani berpetualang/berpindah tempat tinggal.

Mungkin selama ini kita terlalu takut keluar dari zona yang kita anggap nyaman, tapi ternyata jika kita berpetualang/berpindah tempat tinggal mungkin pandangan kita akan berbeda jauh. Ternyata zona yang kita anggap nyaman bukanlah tempat yang nyaman ada tempat yang super nyaman yang berpeluang kita dapati jika kita berpetualang/pindah tempat tinggal. Bisa jadi tempat baru kita merupakan batu loncatan kita untuk meraih mimpi dan cita-cita hidup kita. Semoga..

by. Nismawarni

kompetisi #skyscannerindonesia "Tiket pesawat" http://skyscanner.co.id





#ahaskyscanner

https://competition.c2live.com/skyscanner-aha-moments-saat-…

sumber gambar https://www.google.co.id/search?q=kerawang+gayo+lues tanggal 26 

Tidak ada komentar: