Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Jumat, 13 Mei 2022

#Dosen killer

 Dosen killer

"Ini proposal kamu sampah semua isinya, kenapa ini seperti laporan? Apa kamu utusan dari PT Mahira? Kamu bisa minta bantu siapa aja buat proposal tesisnya,minta tolong dibuatkan sama anak ibu boleh juga" . Ini dosen kenapa ya 🤔

Mungkin baru kena marah istri di rumah terbawa ke kampus dan yg kena semprot mahasiwa. 

"Saya itu gak mau teken asal2an. Kita disini punya standar. Sudah banyak sampah2 tesis di Pustaka", ucap si dosen brrapi-api. Sembari menuju lemari di kantornya. Si dosen ini langsung mengambil 3 tesis. Tiga buah tesis dengan format yg berbeda padahal masih dalam prodi yg sama. Dalam hati aku pingin bilang "apa juga ada standarnya, wong formatnya aja beda -beda".

Aku baru bertemu model dosen macam ini. Merasa paling pandai dan sok tau. Kita hanya di anggap remah rengginang.

Aku hampir putus asa saat janjian ketemu si dosen. Takut, cemas dan juga kesal. Belumpun ketemu udah jantungan. "Nanti bapak tu minta apa lagi yg harus diperbaiki ya. Apa lagi nanti kata2 mutiaranya ya. Kapan lah proposal tesisku ini di teken? "  Ucapmu dalam hati. 

Lima kali konsul membuat aku syok dan kecewa. Aku kira gak akan dia teken proposalnya. 

Dosen semacam ini entah kenapa bisa begitu garang dengan mahasiswa. Beda kalau mahasiswa tersebut punya jabatan atau mungkin sudah lebih berumur dari si dosen, maka si dosen ini akan lebih segan dalam bertutur kata. Apa dia gak mikir klo mahasiswa dia hari ini bisa jadi akan menjadi mitra kerja dia suatu saat nanti atau bisa jadi calon mertuanya di masa depan. 

Di salah satu prodi sebuah fakultas dari Universitas di Aceh. Ada juga kasus dosen killer. Si dosen sudah sepuh. Dosen ini amat sangat pelit memberikan nilai ke mahasiswanya. Nilai paling banter C. Itupun cuma segelintir mahasiswa yg memperolehnya. Mahasiswa yg lain nilainya D, E. Jika di protes si dosen akan marah2. Akhirnya karena banyaknya laporan mahasiswa bermasalah dengan dosen tersebut, maka di buatlah mosi untuk si dosen. Hingga pensiun si dosen tidak bisa mengurus berkas usul menjadi profesor, atas dasar pernah memiliki kasus dengan mahasiswa. Si dosen bahkan pernah menjabat Dekan. 

Mungkin bagi para dosen dan calon dosen sudah bisa berpikir ulang jika ingin menyulitkan mahasiswa. Toh sekarang orang2 bukan lagi hanya mencari gelar dan nilai. Jika merasa tidak nyaman di sebuah universitas, mereka bisa lapor ke Ombudsman atau pindah universitas. Akhirnya yg jelek bukan hanya dosen yg berkasus tapi berimbas ke nilai akreditasi universitasnya. Jadi buat para dosen berpikir ulang lah. Jangan karena nila setitik rusak susu sebelanga. 

#Tertanda mahasiswa yg pernah di zalimi dosen.

Tidak ada komentar: