Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Kamis, 16 Desember 2010

Ros


Namaku Ros, kalau di kos aku di kenal seorang yang periang, gesit dan mendapat julukan wanita karir. Giman gak? Pagi-pagi aku bertugas  menjaga toko buku komik, siang sampai sore  ngajar ngaji TPA dan malamnya kerja sebagai bendahara di sebuah warnet, aku juga diamanahi mengelola sebuah usaha foto copi di sebuah fakultas,  jadilah aku harus pulang di atas jam 22 malam, dan ini berlangsung setiap hari.

aku harus membiayai ke dua adik serta ibuku yang telah berpisah dengan bapak. Jadilah aku yang harus menanggung segala biaya tuk diriku sendiri dan keluargaku di kampung halaman nan jauh di sana.

Rasanya berat sekali beban yang harus ku tanggung, seorang gadis yang seumuran denganku mungkin ada yang sudah menikah dan punya anak, tapi buatku menikah itu banyak konsekuensi yang harus aku tanggung. Apa suamiku sanggup melihat istrinya yang harus bekerja dan baru pulang  malam hari? Terus gimana nasib ibu dan  adik-adikku? Sampai kapan  terus seperti ini? Entahlah aku sendiri tak tahu.

Kemarin adikku bilang dia butuh uang tuk membeli buku pelajaran, sekarang ini harga buku pelajaran mahal sekali, biarpun dikatakan biaya sekolah gratis tapi buku pelajaran mana ada yang gratis. Jadilah aku harus menyisihkan penghasilan harianku, biasanya aku bisa menabung lebih. Tapi tak apalah mudah-mudahan adikku bisa cepat selesai sekolahnya  bisa menghidupi dirinya sendiri tanpa tergantung lagi padaku.

Kalau di depan orang-orang aku mungkin terlihat tanpa beban padahal aku sering iri pada teman yang biasanya menelpon ayah dan ibunya, bercerita dengan suka ria, kalau aku? Sejak berpisah dan menikah dengan perempuan itu ayah tak pernah sekalipun menghubungi kami apalagi membiayai kebutuhan kami anak-anaknya. Jauh itu. Ayah seolah-olah telah melupakan kami anak kandungnya sendiri.

Pernah juga ibu bilang padaku ada seorang laki-laki yang ingin menikahinya dan mau menerima kami bertiga layaknya anak kandungnya, tetapi ibu gak mau. Ibu gak ingin membuat kami tersisih dengan kehadiran lali-laki lain di rumah kami. Ibu Cuma ingin kami bertiga mendapatkan pendamping hidup serta bisa hidup mapan. Gak seperti kehidupan kami sekarang ini. 

hari-haripun terus bergulir meninggalkan banyak kenangan masa kecilku, indahnya kenangan bersama ayah, ibu serta kedua saudaraku rasanya masih kemarin kami berkumpul bersama, menyaksikan burung-burung pipit di pematang sawah kami yang tak seberapa luasnya, aku juga masih ingat sejuknya air sungai di ujung desa, sedapnya masakan ibu, sahabat-sahabat kecilku yang kini entah gimana kabar mereka, apakah mereka masih ingat padaku?
walaupun pahit dan getir kehidupan yang ku jalani tapi aku yakin allah sayang padaku dan allah maha dekat dalam kesendirian dan kebersamaan ku. rasa optimis serta harapan ibu merupakan motivasi terbesar dalam menjalani hari-hariku. aku yakin allah punya agenda terbaik buatku.

Tidak ada komentar: