Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Jumat, 13 Mei 2022

#Ngutip Kopi

 Cerpen

Setelah sekian tahun tidak pergi ke kebun mengutip kopi, libur lebaran kali ini kami agendakan membantu bapak mengutip kopi.

Si kembar mereka bilang pendiam,tidaklah selamanya benar. Aku pernah bilang kalau si kembar di bawa ke kebun pastinya mereka akan bersuara ☺️

Benar saja, kemarin kami sekeluarga ke kebun kopi milik bapak alis kakek mereka. Walaupun masih suasana lebaran tidak menyurutkan niat bapak ke kebun untuk mengutip kopi. Mengutip kopi adalah istilah yg di pakai orang Gayo untuk memanen kopi yg sudah masak atau yang warnanya sudah merah maupun warnanya agak kecoklatan Krn sudah terlambat di petik.

Kami berangkat ke kebun dengan menaiki mobil bapak. Berhubung kami semua blm bisa menyetir mobil maka bapaklah yg menyetir untuk kami semua termasuk suamiku.

Pukul 08.30 WIB kami telah sampai di kebun. Kebun bapak ada beberapa tempat. Kebetulan saat ini kami akan panen kopi di kampung Keramat. Kebun ini letaknya tidak terlalu jauh dari rumah bapak. Sekitar 5 menit sudah sampai.

Episode ngutip di mulai. Pas sampai kami mengganti pakaian dengan baju pengotipen (baju untuk memetik kopi). Biasanya baju yang di pakai merupakan baju yg sudah tidak terpakai untuk kegiatan sehari2 tetapi masih layak pakai. Biasanya berupa jaket yg tidak terlalu tebal.bajunya disarankan lengan panjang untuk menghindarkan kulit lengan kita dari tergores cabang2 kopi. Bagi perempuan biasanya di tambah kelubung (kain sarung yang di pakai di kepala dilipat Dgn cara tertentu). Kelubung di pakai untuk melindungi kepala dari terik matahari maupun dinginnya cuaca. Ada yang memakai sarung tangan di tambah sepatu bot. Kalau aku tidak memakai sarung tangan rasanya lebih leluasa gerakan tangan tanpa sarung tangan. Alhasil telapak dan jari tangan bisa pecah2 dan berwarna kecoklatan akibat terkena getah kopi.

Saat memasuki kebun kopi, anak bungsu kami langsung heboh karena ada kecoak. Biasanya pada setiap kebun ada di buat gubuk tempat berteduh Dan makan siang. Nah kecoak muncul di gubuk kebun. Menu makan siang di bawa dari rumah.

"Umi..umi..ada kecoak," ucapnya panik. "Gak pa pa, di kebun memang banyak hewan2 nak," jawabku.

Kebun bapak otomatis ribut dengan suara anak2,suamiku,bapak,neneknya anak2 dan suaraku yg tak kalah keras. Yah biasalah anak kebun suaranya kencang2.

Sebelum mengutip aku bilang ke anak2 kalau kopinya di petik yg merah saja. Tangkai kopi usahakan jgan terbawa saat di petik. Menurut org2 tangkai kopi yg tidak di petik menjadi bakal bunga kopi..entah betul entah gak. Daun kopi juga jangan ikut di petik.

"Umi, buah kopi yg warnanya agak kecoklatan gak usah dipetikkan?."tnya si kembar.

Dipetik juga Krn itu buah kopi yg sudah kelewat masak tapi masih bisa di olah. 

"Umi..Ara ke mesen.." ucap si bungsu.

Bapak yg mendengarnya langsung tertawa. Dari mana tau 'ara ke mesen' tanya bapak. Umi tu sering bilang,jawabnya.

Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan si bungsu ke bapak,sampai2 mereka tertawa bersama. Ramai suara si bungsu, bapak dan neneknya.

Si kembar sibuk berdua. Mereka mencari jeruk dan jambu biji untuk langsung di makan.

Masing-masing dari kami membawa Gembol (tempat menampung Kopi yg kita petik). Bisa dari kain sarung yg diikat di pinggang,timba,karung goni plastik yg di buat menyerupai kantung di tambah tali untuk mengikatnya. Biasanya Gembol diikat di pinggang akan tetapi ada jg modifikasi Gembol menyerupai tas ransel lengkap dengan tali yg dilekatkan di pundak di tambah gabus agar bahu tidah sakit saat beban kopi yg kita isi di gembol banyak.

Mengutip kopi harus teliti agar tak ada kopi yg tertinggal. Daun2 kopi menghalangi pandangan mata. Makanya saat ngutip kopi tangkai kopi harus disibak satu persatu agar tampak buah kopinya.

Aku heboh saat ada kupi luwak. Kopi yg telah di makan luwak dan dikeluarkan di tanah biasanya biji kopinya bertempuk di satu tempat. Terkadang di bawah kopi atau di dekat pohon pisang maupun di atas dahan pohon yg ada di kebun.

"Abi,ada kopi luwak ni". Jangan diambil dulu mau lihat kata suamiku. Jadilah acara ngutip sambil foto2. Ada benalu kopi,ada anggrek yg tumbuh di batang kopi ada juga semacam bunga hias yg daunnya panjang2.

Ada engap (sejenis rumput jarum yg nempel di pakaian saat kita melewati nya).

"Umi..umi..kek mana tau itu kopi di makan luwak atau di makan tupai?" Tnya si kembar. Eh ya juga ya,umipun gak terpikir. Penting ada biji kopi langsung ambil dan simpan. biji kopi yg sudah terpisah dengan kulit kopi biasanya dipisahkan dengan buah kopi yg masih utuh. Hal ini untuk menghindari biji kopi hancur saat digiling bersama buah kopi utuh. Kalau biji kopi di bawah pohon kopi kami menyebutnya 'lelesen. Aku bilang ke anak2 dan suami biasanya kalau makan siang di kebun itu membuat kita berselera untuk makan. Makanan sederhana tetapi terasa lebih nikmat. Itu Krn kita udah capek kata suamiku.

Saat makan siang bersama di gubuk kebun benar saja makan jadi enak. Si kembar sampai nambah nasi bbrp kali. Lauk dan nasi yg neneknya bawa ludes tanpa sisa.

Si bungsu mulai bosan. Umi..sampe kapan kita ngutip kopi?sampai habislah. Kapan habis nya ini? Tnya sikembar.

Umi kebun ini berapa luasnya? Mungkin 1 hektar. Umi gak tau 1 hektar itu brp luasnya. Apa seluas masjid raya? Coba tnya abi,kataku.

1 hektar seluas lapangan bola jawab abinya. Kayaknya kebun kakek yg ini lebih dari 1 hektar ucapku. 

Menjelang Jumat an kakeknya anak2 mengajak anak2 dan abinya shalat Jumat. Kebetulan di Kampung Keramat sudah ada masjid jadi gak harus jumatan di masjid Pondok Baru. Saya dan neneknya anak2 shalat di gubuk kebun. 

Kami mengutip kopi hingga azan ashar. Kopi yg sudah di petik langsung di jual ke keponakan yg pembeli kopi. Kopi langsung di jemput di bebun kopi. Kopi yg sudah dipetik di kumpulkan dalam karung besar isi 8 tem (kaleng). Alhamdulillah hari ini kami berhasil mengutip kopi 10,5 tem. Dari pukul 08.30 sampai ashar di potong makan siang dan shalat Zuhur.

Mengutip kopi Itu lelah karena kita harus berdiri dan fokus melihat buah kopi yg telah masak. Biasanya buah kopi yg terlalu tinggi di petik memakai bangku. Kata bapak kopi yg buahnya tinggi tinggalkan saja gak usah pakai bangku.

Menjelang ashar anak2 sudah mulai main perang2an dengan kayu yg ada di kebun. Mereka berlari2 di sela2 pohon kopi. Riuh terdengar suara si bungsu dan si kembar. Sesekali mereka ribut dan abinya melerai. "Enakkan bang di kebun kopi? capek mi, buah kopinya gak habis2 di petik. Ini sampe mana batasnya? Tnya dmsi kembar. Batas kebun macam2 ada pohon nangka,pokat, lamtoro dll. Batas jelasnya kebun ini tnya ke kakek aja. Kebetulan kami sampai di batas kebun bagian Utara. Bagian Utara kebun bapak di tandai dengan jalan setapak yg memisahkan kebun org dan kebun bapak. "Sini nak..ini batas kebun kakek" ucapku.

"Macem ni aja tandanya mi? Iya, jawabku.

Sebelum pulang bapak mengajak suami ku mengambil jombak (selada air). Selada air untuk sayur makan malam kami. Selada airnya banyak banget. Kata bapak hasil jualan selada air lumayan hingga 1 juta sekali panen. Selada air tumbuh subur di kolam.

Yah begitulah pengalaman anak2,aku dan abinya mengutip kopi. 

Kenangan mengutip kopi bersama kakek nenek akan membekas di ingatan. Semoga buah kopi kakek berkah dan melimpah. Kakek bisa naik haji bersama keluarga besar kita dengan keadaan sehat wal Afiat.

Tidak ada komentar: